Insight dari Coworking Asia Unconference 2015

Picture from Hubud Flickr

Akhir bulan Januari 2015 lalu, kami 9 orang coworking mafia Bandung yaitu team HSBDG, Co&CO Space, & KKI berangkat ke Ubud, Bali untuk menghadiri sebuah event untuk para coworking enthusiast se-Asia bernama Coworking Asia Unconference 2015. Event 3 hari ini akan membahas seputar bagaimana membuat coworking, mengoperasionalkan, dan mengembangkannya. Selain itu beberapa hambatan, dan kemungkinan perkembangannya di masa depan juga didiskusikan dalam event ini.

Format event ini adalah unconference, yaitu lebih menitik beratkan pada format diskusi dan topik yang didiskusikan akan diajukan oleh para peserta itu sendiri. Beberapa topik yang menarik menurut saya adalah bagaimana mengisi sebuah coworking atau bagaimana agar orang-orang mau datang bekerja di coworking space kita, tantangan coworking space sebagai sebuah bisnis, dan bagaimana coworking mengubah industri sebagai sebuah enabler bagi para creative talent.

Untuk membuat coworking space menjadi ramai, tantangan pertama adalah konsep ini masih baru sehingga banyak orang belum familiar dengan konsep ruang kerja ini. Tapi menurut infographic berikut di tahun 2020 nanti justru 40% dari tenaga kerja yang ada adalah freelancer, solopreneur, kontraktor lepas, yang merupakan pengguna dari coworking space. Hal ini juga disampaikan oleh Brad Krauskopf dari Hub Australia di keynote speach-nya di hari pertama.

Picture from Huffingtonpost

Dengan demikian memulai dari sekarang tentu akan mendapatkan benefit tersendiri, terutama kesempatan untuk membangun komunitas yang menjadi root sebuah coworking. Tanpa komunitas, dimana para penggunanya akan mendapatkan value sebuah coworking tidak ada bedanya dengan coffee shop yang menyediakan wifi. Hal ini dialami oleh Hubba Thailand bagaimana mereka membuat sebuah coworking dan yang mereka dapatkan adalah meja-meja kosong.

Event atau kegiatan bersama menjadi engagement tool yang bisa menjadi alasan pertama orang datang ke coworking space. Karena kebanyakan orang belum mengenal coworking space, mereka butuh alasan untuk datang pertama kali ke tempat ini. Atau justru pada event orang-orang penghuni coworking space justru akan berbicara satu sama lain dibandingnya sehari-harinya mereka diam di meja masing-masing dan hanya mengenal orang-orang yang duduk disekitar mejanya.

Beberapa hal lain yang dibahas juga adalah work life balance, dimana dengan bekerja di coworking space orang akan punya pilihan untuk menentukan jam kerjanya sendiri. Dengan demikian opsi untuk work life balance akan bergantung pada diri sendiri, bukan lagi karena absensi yang ada dikantor.

Salah satu diskusi panel yang saya ikuti adalah masa depan coworking office. Di panel ini saya mengutarakan pemikiran saya bahwa di masa akan datang coworking office bukan lagi cuma sekedar office, tapi juga sebagai supporting platform bagi para pekerja di dalamnya. Misalnya sebagai talent hub, untuk memudahkan kita mencari talent yang dibutuhkan. People development, untuk mengembangkan talent yang ada, knowledge library, dan enabler function lainnya.

Event coworking space pertama di Indonesia ini tentu bermanfaat bagi para praktisi coworking space dan juga untuk para pekerja di dalamnya sehingga mereka bisa mengoptimalkan benefit dari coworking space tempat mereka bekerja. Semoga ke depannya akan lebih banyak coworking space di Indonesia.