Idealis bukanlah bodoh, tapi konsisten mengejar mimpi

Saya sempat baca di beberapa tulisan kalau orang idealis itu adalah orang bodoh. Karena tetap berjalan di jalur yang salah hanya karena memang dia punya passion atau percaya dengan sesuatu. Buat saya idealis justru perlu, cuma harus cukup pintar untuk melihat untuk tetap idealis ga cuma satu jalan yang ada.

Dimana saya sekarang adalah tempat dimana saya sudah bayangkan sejak jaman masih di SMA. Mimpi sederhana yang cuma membayangkan bahwa saya ingin menjadi seorang programmer. Waktu itu istilah developer belum setenar sekarang menggantikan istilah programmer.

Di SMA saya memilih IPS karena saya berpikiran buat apa belajar biologi untuk jadi programmer. Pas masuk kuliah tidak ikut UMPTN karena merasa tidak harus kuliah di ITB dan semacamnya untuk bisa jadi programmer. Malah di Bandung keliling mencari kampus yang ada lapangan basket dan mahasiswinya enak dipandang. Hasilnya Universitas Widyatama menjadi pilihan utama.

Kebanyakan orang yang besar di kota tambang seperti Sorowako, memilih jalur aman yaitu kembali bekerja di perusahaan tambang dengan jaminan aman hingga pensiun. Aman dengan artian gaji ok, jaminan kesehatan ok, fasilitas sangat baik, dan kota kecil yang menyenangkan untuk tinggal. Tapi saya tidak, lebih memilih untuk mengejar mimpi untuk menjadi seorang programmer handal dan bisa menciptakan sesuatu yang bisa berguna buat banyak orang. Karena kenyamanan bukan pilihan buat saya, tapi petualangan yang lebih menyenangkan.

Menjadi freelancepreneur, istilah freelancer + entrepreneur mungkin sulit buat sebagian orang. Saya memilih untuk tidak membuat team yang besar, lebih memilih membuat team kecil tapi terseleksi, terpercaya dan punya visi yang sama. Visi sangat penting karena hal ini yang bagi saya bisa tetap membuat orang berada di jalur yang sama dalam apapun terutama dalam pekerjaan. Apa tujuan dan nilai yang ingin dicapai akan menentukan bagaimana cara kita untuk mencapai itu.

Visi bagi saya adalah mimpi saya. Sesuatu yang akan terus saya kejar. Idealisme dalam mengejar mimpi saya bukanlah idealisme buta, beragam cara saya coba tapi tentunya tidak meninggalkan nilai-nilai yang ingin saya dapatkan dalam mengejar mimpi. Bahkan bisa dibilang kalau pivot itu wajib kalau di dunia startup, maka mengejar mimpi pun harus pivot kalau memang kondisi mengharuskan.

Ya tiap orang memang pasti punya mimpi yang berbeda dalam hidupnya. Tapi buat yang cuma mengikuti arus, ya apa bedanya dengan tinggal menunggu dipanggil oleh Bapa Di Surga. Hidup justru harusnya diisi dengan petualangan yang bisa dikenang atau diceritakan di masa tua nanti.